Minggu, 18 Januari 2009

Mahluk Suci Pembawa Kemakmuran dan Simbol Kekaisaran

Tahun Baru Imlek 2559 di Bumi Enggang Gading terasa istimewa. Naga raksasa akan menyemarakkan pesta musim semi ini. Ada ambisi lainnya yang menyertai turunnya mahluk suci dalam mitologi masyarakat China ini. Mencatatkan dirinya di Museum Rekor Indonesia, bahkan dunia.
Jika di Imlek sebelumnya Kalbar pernah mencatat penghargaan memiliki naga terpanjang, 549,26 meter, yang dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri), kali ini di Tahun Baru China 2559, tepatnya di Kota Singkawang, sekali lagi akan mengukir sejarah di negeri ini bahkan dunia.
Naga raksasa yang diprakarsai Sanggar Mandala ini mempunyai bobot kepala mencapai 100 kg dengan tinggi kepala 8 meter. Badan naga raksasa itu mempunyai panjang sekitar 288 meter dengan diameter badan 5 meter.
Shinse Aleng, pnanggung jawab acara yang juga Ketua Sanggar Mandala, mengatakan bahwa para pengunjung juga dapat masuk dan berjalan di dalam perut naga yang akan dihiasi dengan aneka lampion, aksesoris, musik, dan lainnya sehingga akan memberikan suatu kenyamanan bagi setiap pengunjung. “Dua ratus pengunjung, bisa muat dalam perut naga itu,” ujar Aleng.

Dalam perut naga yang berbahan utama rotan dan menghabiskan sekitar 1.000 meter kain ini, juga disediakan lampion terbesar dengan ukuran lebar 2 meter dan tinggi 2,5 meter. Lampion inilah yang kelak membuat naga akan bercahaya di waktu malam.
Di dalam perut naga, juga akan disediakan replika pagoda dengan tinggi 2,5 meter juga taman imitasi, lengkap dengan patung Dewi Kwan Im. Hal spesial lainnya yang terdapat di dalam perut naga yakni hadirnya musik tradisional dari 33 provinsi dilengkapi dengan para model yang menggenakan baju adat masing-masing provinsi.
Festival naga raksasa ini juga diikuti bazar oriental yang bergabung dengan Panitia Naga, Barongsai, dan Tatung Kota Singkawang. Acaranya sendiri akan diselenggarakan pada 14—21 Februari di STIE Mulya Singkawang.
Mahluk suci
Naga atau liong merupakan mahluk sakral dalam Agama Khonghucu. Bersama barongsai (Qilin), naga mempunyai makna dan simbol penting ketika Nabi Khonghucu lahir.
Menurut Pemerhati Budaya Tionghoa yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Pembinaan Agama Khonghucu dan Kelenteng Kalimantan Barat (LPAKK-KB) Suryanto BSc SH, mengatakan bahwa ketika Nabi Khonghucu lahir, dijaga oleh dua ekor naga di lembah Kong Song.
Sedangkan Qilin yang badannya berbentuk seperti kuda bersisik dan berkepala naga serta bertanduk tunggal, kemunculannya di dunia hanya dua kali, yaitu ketika nabi suci Fu Xi lahir sekitar 5 ribu tahun yang lalu dan nabi Khonghucu lahir pada 2558 yang lalu.
Setelah itu, berkembang versi lain mengenai cerita Qilin tersebut. Diceritakan bahwa zaman dahulu kala bahwa ada seekor binatang yang menyerupai singa. Hewan yang dikenal nama heng sai ini selalu tampak di suatu wilayah. Hewan ini diyakini bertugas untuk mengusir roh-roh jahat.
"Makanya di setiap klenteng biasanya selalu ada patung heng sai di depan pintu gerbang. Di rumah-rumah warga Tionghoa juga banyak yang menyimpannya. Fungsinya untuk mengusir roh jahat," kata Suryanto waktu itu. Sementara gambar naga, juga selalu ada pada tiang utama di kelenteng, digambarkan seperti melilit tiang tersebut.
Karena diyakni bahwa Liong sebagai mahluk penjaga, beberapa arsitektur rumah Tiongkok juga biasanya dijumpai desain kepala naga yang digunakan untuk model ketokan pintu rumah yang berbentuk seperti kepala naga yang menggigit gelang yang biasanya berada di depan gerbang-gerbang dan berjumlah sembilan.
Dari beberapa sumber yang saya himpun, disebutkan bahwa sembilan naga tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda. Mereka adalah: TianLong (Celestial Dragon), ShenLong (Spiritual Dragon), FucangLong (Dragon Hidden Treasures), DiLong (Underground Dragon), YingLong (Winged Dragon), JiaoLong (Horned Dragon), PanLong (Coiling Dragon: menghuni air), HuangLong (Yellow Dragon; Muncul dari sungai Luo) dan terakhir Dragon King.
Pembawa kemakmuran

Sementara itu Syafaruddin Usman MHD, Peminat Kajian Kontemporer Sejarah dan Budaya Kalbar, mengatakan bahwa sejarah naga Tionghoa sudah ada sejak lebih dari 6000 tahun.
“Riset menunjukkan bahwa naga mungkin tercipta dari gabungan unsur-unsur totem yang berbeda, bentuk utamanya adalah ular,” katanya. Menurutnya, pada zaman dahulu, orang sering menggunakan binatang buas, bahkan tanaman, yang mereka takuti sebagai tanda suku mereka.
Dengan menyembah tanda itu, mereka berharap bisa dilindungi dari bahaya. Inilah yang dimaksud totemisme. Pada masa itu, Cina merupakan masyarakat kesukuan. Setiap suku memuja totem mereka sendiri.
Syafaruddin melanjutkan, pada zaman dahulu, bangsa Tionghoa menganggap naga sebagai hewan yang sangat kuat, mulia dan misterius. Naga bisa berenang di laut dan memanggil angin dan hujan. Makhluk mitos Ilahi ini dipercaya membawa kemakmuran, nasib baik, dan perlindungan Ilahi, dan merupakan simbol kekuasaan, kehebatan, keberanian, kepahlawanan, kebangsawanan dan keilahian.
Tidak seperti pasangannya di Barat yang dihubungkan dengan sifat-sifat negatif, menurut Syafaruddin, Naga Timur terlihat sebagai makhluk yang damai dan bijaksana. Selain ditakuti, mereka juga dicintai dan dipuja.
“Itulah sebabnya banyak kota di Cina yang memiliki pagoda, tempat orang membakar dupa dan berdoa untuk naga. Oleh karena mereka tidak mampu mengendalikannya, seperti terhadap hewan lainnya, mereka berdoa mohon perlindungan, cuaca yang bagus, dan panen yang melimpah,” katanya.
Simbol Kekaisaran
Syafaruddin yang juga akan meluncurkan buku tentang sejarah Tionghoa di Kalbar beserta budayanya dalam waktu dekat ini melanjutkan, naga juga merupakan simbol kekuasaan kekaisaran.
Tubuh kaisar disebut tubuh naga. Sedangkan mukanya, disebut wajah naga. Ia memakai jubah naga, duduk di atas kursi naga dan tidur di atas ranjang naga. Keturunannya disebut keturunan naga.
“Kuil naga dibangun untuk memuja naga. Pada hari perayaan, orang akan memutar lentera naga dan menampilkan tarian naga. Naga menjadi simbol perayaan,” katanya.
Ada berbagai macam festival naga. Misalnya, pada perayaan Festival Pemujaan Naga dan Festival Naga Musim Semi, orang-orang berdoa untuk cuaca yang baik dan panen yang melimpah, dan memakan mi jenggot naga dan biskuit sisik naga. Selama Festival Perahu Naga diselenggarakan lomba perahu naga. (**)

Tidak ada komentar: